Minggu, 22 Februari 2009

PRINSIF HIDUP MASYARAKAT LAMPUNG



Sebetulnya, budaya Lampung sejalan dengan agama Islam, sehingga tidak ada alasan untuk membangun image buruk tentang masyarakat Lampung. Kesesuaian dengan nilai-nilai agama itu bisa dilihat dalam hal menerima tamu, yang representasinya para pendatang di Lampung, sehingga Provinsi Lampung lebih dikenal sebagai “Indonesia Mini”. Artinya, keanekaragaman kultural yang ada di Lampung terjadi karena penerimaan masyarakat Lampung terhadap para pendatang.


Sebenarnya masyarakat Lampung sudah biasa menerima pendatang yang dianggap sebagai orang Lampung, asalkan mengikuti hukum adat yang berlaku. Dengan hubungan yang baik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli --termasuk untuk menumpang berladang di dalam salah satu marga Lampung-- membuat wilayah bersangkutan menjadi berkembang, sehingga menjadi kampung atau sukuh (tiuh) baru sebagai bagian dari marga Lampung yang telah ada," (Yoshie Peneliti dari Jepang)
Untuk mengenal lebih dekan masyarakat lampung kita harus mengerti sifat-sifat atau filsafat masyarakat Ulun lampung, sehingga tidak ada image negatif yang timbul. Kita harus sadar bahwa hidup di lampung, berpenghasilan di lampung, beranak pinak dilampung, adalah menjadi masyarakat lampung yang mempunyai akar kelampungan.


Sifat-sifat Orang Lampung
Menurut Kitab Kuntara Raja Niti

1. Pi'il Pesenggikhi
Malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri . Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku dan sikap hidup yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok yang senantiasa dipertahan.

2. Sakai Sambaian
Gotong Royong, Tolong-menolong, bahu membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukan bagi pihak lain.

3.Nemui Nyimah
Saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu. Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang berhubungan dengan dengan masyarakat lampung

4.Nengah Nyampukh
Tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesediaan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan pengetahuan luas.

5.Bejuluk Adok
Tata ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwariskan turun temurun dari zaman dahulu. Mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya.

Ungkapan Prinsip Orang Lampung dalam Adi-adi (Pantun Lampung)

Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri
Mulia hina sehitung, wat malu rega diri
Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari
Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi

Dengan senantiasa dilandasi dengan semangat hidup atau dikenal dengan 5 (lima) filosofi/prinsip hidup yaitu : Pi'il Pesenggiri, Bejuluk Beadek, Nemuy Nyimah, Nengah Nyappur dan Sakay Sembayan, yang merupakan tekad masyarakat Lampung dengan kesadaran bersama sehingga tetap terpelihara kerukunan antar sesama masyarakat yang saling asah, saling asih dan saling asuh.
PAHRIL HUTRI SAYSUKAU (02:44. 23-02-2009)
sumber
www.wikipedia.com
www.kapanlagi.com

9 komentar:

  1. ganti hider kham...

    indang lebih semangat..heheh

    BalasHapus
  2. jak ipa ajo puakhi..helau nihan...kidang lebih helau kiwat ditulis sumber kitabni... he..
    pengamat dari belanda menyebutkan
    "bahwa orang lampung hidupnya sederhana, tetapi karena kemegahannya suka memakai nama-nama besar, wanita-wanita memakai perhiasan berlebihan, menghamburkan biaya pesta adat, enggan menjadi kuli di kampung sendiri, mudah percaya kepada orang lain, terlalu memanjakan anak-anak, para pemuda membuang waktu berpacaran (Hilman Hadikusuma, Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, 1989:16).
    kidang nyak yakin ki budaya skala brak mak juk reno..

    BalasHapus
  3. terus tajam bro, budaya warisan kita.
    jngan lp www.kert4s.blogspot.com

    BalasHapus
  4. NYak apai jak ganti hider jg,,,coment pai wuy...he...

    BalasHapus
  5. salam wawai puakhi,pusikam ganta lagi jadi kuli de korea,asal jak tanggamus,kuliah di univ api ganta di jogja.....

    BalasHapus
  6. nabikpun nabik tabik sikam anjak way5 haga numbang budandi--salam kemuakhian---

    BalasHapus
  7. api bang mak dapok komen di tulisanmu sai no,, (dija gawoh ah), wi bukuni sapa sai jak tibaca, itulah gunanya kita memiliki falsafah dalam hidup agar mampu mengerahkan seluruh kemampuan akal untuk berlaku bijaksana, karena dunia yang sepragmatis ini sering mengejawantahkan kita kedalam hal-hal yang bertentangan dg apa yang anda sebutkan, he..karena terkadang kita YANG kurang ilmu ini terlalu mendewakan kekuatan itu untuk memilih, padahal petunjuk tuhan telah jelas, nilai-nilai transendental sering terlupakan, nah sekarang " PILIHLAH UNTUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN" hablum minal mahluq wa hablum minallah, ranah fertikal dan horizontal.

    BalasHapus
  8. filosofi orng lampung sekarang sudah bertolak belakang.....

    BalasHapus