Kamis, 29 Januari 2009

Sekilas Tentang Paksi Pak Skala Brak




Tafsiran para ahli purbakala seperti

Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich didalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan didalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.
Pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini dihuni oleh suku Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.
Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah. Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.
Untuk menyebarkan agama Islam dan menghilangkan aliran animisme ahirnya belasa kepampang tersebut di tebang dan di buat PEPADUN. Pepadun adalah singgasana yang digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya. Dengan ditebangnya pohon Belasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham animisme di kerajaan Sekala Brak. Ada dua makna dalam mengartikan kata Pepadun, yaitu:
Dimaknakan sebagai PAPADUN yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk diatasnya adalah Raja.
Dimaknakan sebagai PAADUAN yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk diatasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan.
Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun.
Paksi Pak Skala Brak berawal dari kedatangan putera putera Ratu Ngegalang Paksi dari Samudera Pasai untuk menebarkan agama Islam di bumi Sekala Brak yang berjumlah 8 orang diantaranya.

Dari istri pertama 4 orang , yaitu :
Umpu Pernong,
Umpu Belunguh,
Umpu Nyerupa.
Umpu Bejalan Diwai,


Dari istri kedua juga 4 orang anak , yaitu :
Si Kumambar
Si Gekhok,
Si TambakKura,

Si Petar

Kemudian anak dari Ratu Ngegalang Paksi dari istri pertamanya yaitu Umpu Pernong,, Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, dan Umpu Nyerupa. Menetap di Kerajaan Sekala Brak dan dikenal dengan nama PAKSI PAK SEKALA BRAK.


Mereka mendirikan Paksi masing masing sesuai dengan nama mereka .
1. Umpu Bejalan Di Way memerintah daerah

Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way.
2. Umpu Belunguh memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh.
3. Umpu Nyerupa memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa.
4. Umpu Pernong memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong

Tatabikpai sekindua aga nagguh serta aga amit pekhmisi jama sunyini pembaca. Pusekam nangguh kintu bang kintu nihan tulisan sekindua salah khik mak sopan jama sai ngedok, sekindua lamon-lamon ngatukhkon kilu mahaf, ujutni kulu mahaf taliak mak sepikha tanengis mak mulamon, mawek kintu bukhakik sambil ngakhang sando nihan, kintu bang sedah tangguh jikanah mak kena di susun tentehni sai mena metu dukhi sai dukhi metu mena. Kintu bang kintu nihan sedah tangguh sekindua jikanah tebong kindang mak tantang, tugok kidang mak nyampai, kececai. Kinjuk nyak bakhang lupa kinjuk nyak luhot delom seno sekindu alamon-lamon kilu mahaf.....


(Pahril Hutri Saysukau)Liwa Lampung Barat

Rabu, 28 Januari 2009


Majunya suatu bangsa bukan hanya ditunjukan dengan adanya suatu bangunan yang megah, moderennya penampilan, eksistensinya seorang tokoh. Tapi bangsa yang maju, bangsa yang besar juga adalah bangsa yang berbudaya. Tapi di sayangkan hal itu hilang dari ingat kita. Yang di kejar hanyalah nama besar, kekuasaan besar, dan gaya serba dengan modern, kearoganan yang timbul itulah yang menyebabkan budaya bangsa menjadi hilang dan tidak ada budaya di pandang. Seharusnya kita hanya tersipu malu pada diri sendiri bila suatu bangsa mengangap budaya kita menjadi budayanya. Karena kita sebagai bangsa yang mempunya budaya tidak menganggap budayanya sendiri. Tetapi sangat aneh ketika budaya kita diclaim oleh suatu Bangsa kita baru sadar dari tidur yang panjang bahwa kita mempunya budaya yang sangat di sukai oleh bangsa lain. Dan sayangnya lagi ketika kabar itu hilang, hilang juga ingatan untuk menghargai budaya,
Di jaman yang highteg ini untuk memanujan budaya agar dapat di pandang oleh bangsa lain sangat instant tetapi kita selalu salah kaprah, dengan adanya moderenisasi, tekhnologi yang serba tinggi kita tinggalkan budaya kita, dengan alasan sekarang sudah dunia moderen jika kita masih membudaya kita akan ketinggalan zaman. Itulah alasan yang tidak logis yang sering di lontarkan. Boleh saja kita mengikuti jaman moderenisasi, itu merupakan hak individu, bahkan mungkin bertahun-tahun kedepan itu akan menjadi kewajiban. Tetapi dengan kita mengenal adanya era moderenisasi bukan berarti kita tinggalkan budaya kita yang sangat kaya dan beraneka ragam. Karena kebudayaan merupakan awalnya moderenisasi jika kita meninggalkannya maka kita sama dengan meninggalkan sejarak dan identitas kita.


Pahril Hutri Saysukau

Minggu, 25 Januari 2009

baru bikin blog nih..
tp blum di isi nanti klo dah di isi tunggu aja yaaa...